Sabtu, 15 Maret 2008

Belajar Dari Semut



Suatu hari Raja dari kerajaan antah berantah mengajak anaknya menemaninya berjalan-jalan di taman istana. Setelah letih berkeliling duduklah dia di bawah sebuah pohon rindang. Dilihatnya anaknya sedang asik memandangi sesuatu.
Rasa penasaran raja mendorongnya untuk menghampiri anaknya. "Anak ku apa yang sedang engkau lihat?" tanya sang raja.
"Oh lihatlah ayah sekawanan semut itu, mereka begitu sibuk mengangkat daun menuju sarang. Untuk apa sebenarnya daun-daun itu?" tanya sang anak kepada ayahnya.
"Daun itu adalah makanannya, anakku. Ini adalah musim dimana mereka biasa mengumpulkan makanan, untuk bekal ketika salju mulai turun menutupi bumi." Jawab ayahnya.
"Lihatlah mereka begitu kecil tapi sanggup mengangkat daun yang begitu besar, bahkan jauh lebih besar dari tubuh mereka sendiri. Ternyata semut tidak selemah yang aku kira selama ini." Sambung sang anak. Dia tampak begitu heran dan kagum dengan pemandangan yang sedang dilihatnya.
"Yah itulah Kuasa Tuhan, bahkan binatang yang paling lemah diberikan Tuhan kekuatan melebihi yang lain. Tuhan itu maha adil. tahukah kamu anakku, semut yang kecil ini sanggup mengangkat beban yang bahkan 10 kali lebih berat dari tubuhnya. Seekor gajah yang paling besarpun tidak akan sanggup menandingi kekuatan seekor semut. Anakku, jangan pernah sekalipun engkau meremehkan mereka yang tampak lemah. Belajarlah dari semut! Jika engkau nanti menjadi seorang raja". Jawab ayahnya. "Engkau tahu berapa lama mereka akan mengangkat makanan-makanan itu?" tanya sang ayah.
"Entah ayah, mungkin sampai nanti sore". Jawab sang anak.
"Tidak nak, tidak seperti itu. Mereka akan terus bekerja mengumpulkan makanan hingga musim dingin tiba. Lihatlah bagaimana mereka bekerja! Mereka seakan tidak pernah lelah. Tidak ada yang diam, tidak ada yang tampak sedang asik bersantai bukan?" sambung sang ayah.
"Ya, ayah benar. Mereka semua bekerja! Tapi Ayah, mungkinkah karena mereka takut akan dihukum `
"Tidak, tidak ada yang mengawasi, semut bukan budak dari siapapun. Semut hanya memiliki seorang ratu yang bertugas melahirkan para semut, sedangkan sebagian besar semut adalah jenis pekerja dan sisanya adalah semut prajurit yang bertugas menjaga koloni dan ratu mereka. Tapi tidak untuk mengontrol para pekerja." Jawab sang ayah. "Anak ku, jika engkau mau merenungkannya, engkau bisa belajar banyak dari kehidupan para semut." Sambung sang ayah.
"Apakah itu ayah, katakanlah supaya aku ini mengerti." Pinta sang anak.
"Baiklah, supaya engkau tahu, semut adalah binatang yang bijaksana, yang menyadari bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Mereka menyadari ada waktu untuk mengumpulkan dan bekerja serta ada waktu untuk beristirahat. Ketika masa untuk bekerja datang, mereka akan menggunakannya untuk mengumpulkan bekal makanan. tak satupun dari mereka yang berusaha mencuri waktu untuk bersantai dan bersenang-senang. Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba, mereka akan dapat beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, semua beristirahat, tidak ada yang bekerja.
Mereka makan dan minum, berpesta sambil menanti datangnya musim semi."
"Yang kedua, sebagai semut, mereka tahu bagaimana hidup dalam bersama dalam komunitasnya. Setiap semut paham akan tugas dan perannya masing masing. Mereka menjalankan tugasnya dengan setia. Mereka tidak perlu dipaksa dan tidak perlu didikte. Mereka tetap bekerja tanpa perlu diawasi. Tiap-tiap semut akan melakukan tugasnya dengan sukarela dan sungguh-sungguh. Yang satu tidak iri dengan yang lain. Selain rajin, semut adalah binatang yang memiliki integritas tinggi."
"Anakku jika engkau nanti menjadi seorang raja yang akan memimpin bangsamu, ajaklah rakyatmu belajar dari para semut." Sambung Sang ayah.
Tak terasa hari semakin siang. Matahari sudah berada tepat di atas kepala. Digandengnya tangan sang anak. "anak ku sudah saatnya untuk pulang. Masih cukup waktu untuk kamu bisa merenungkannya nanti."
Ya masih banyak waktu bagi kita untuk merenungkan, betapa tidak sempurnanya kita sebagai manusia, hingga masih harus belajar dari para semut

Tidak ada komentar: